Karirku Hancur Gara-gara Narkoba
Senin, September 01, 2014
|
By
BNN Kabupaten Blitar
|
0
komentar
Biadab ! ! ! itulah
kata-kata yang tepat terhadap narkoba. Narkoba menghancurkan segalanya. Kata-
kata itulah yang keluar dari mulut Rini mantan atlet nasional lompat tinggi
yang pernah membela Indonesia pada Seagames di Jakarta beberapa waktu silam.
Berbagai prestasi pernah diraih mantan atlet asli Sukorejo Blitar ini, mulai
kejurda, kejurnas dan berbagai kejuraan internasional. Sungguh merupakan
anugerah Tuhan yang sangat luar biasa.Tutur wanita lulusan SGO (sekolah Guru
Olahraga) ini. Akan tetapi semua itu tidak ada artinya. Pada saat di temui
Tim Tabloid Niat di rumah sederhana tepatnya di daerah Sukorejo Kota Blitar,
Wanita Paruhbaya ini menjelaskan , dirinya sudah malang melintang pada kancah
nasional dan internasional, akan tetapi semuanya menjadi tidak ada artinya
ketika menyentuh narkoba. Sambil terisak-isak wanita berambut pirang tersebut
menceritakan pengalamannya. Sejak kecil dibimbing oleh orang tuanya untuk
menggeluti dunia atletik, hingga sekolah pun mengambil jurusan guru olah raga
kala itu. Rupanya didukung dengan bakat yang ada, Rini kecil mulai menekuni
dunia lompat tinggi dan meraih berbagai penghargaan pada level yunior. Setelah
beranjak dewasa dia semakin matang dan serius hingga berprestasi pada berbagai
kejuaraan nasional, yang akhirnya meretas jalan menuju Pelatnas di Jakarta. “
Aku biyen melu Pealtnas bareng karo, Ester Sumah, Heny Maspaitella, mas .( saya
dulu ikut pelatnas bersama Ester sumah, Heny maspaitella,red.). Hingga meraih
mimpi seperti yang saya idamkan sejak kecil yaitu menjadi Atlet nasional.
Semenjak itu Rini sering mengikuti berbagai event dengan membawa bendera Negara tercinta. Higga suatu ketika ada tawaran untuk menjadi Guru Olahraga, sebagai wujud penghargaan atas prestasi yang pernah diraih selama ini. Akan tetapi tawaran tersebut ditolak, dengan dasar “ aku pingin seneng-seneng disik “ ( aku igin bersenang-senang dulu,red. ) Hingga memutuskan diri untuk berangkat ke luar negeri menjadi TKW ( tenaga kerja wanita ) di Hongkong, yang tentu melupakan prestasinya yang dia upayakan sejak kecil tersebut. Sesampai di Hongkong di bekerja serabutan salah satunya adalah Jasa pertukaran rupiah dan agen TKI di sana.Tanpa terasa profesi tersebut ia jalani selama sepuluh tahun. Dan parahnya lagi, selama sepuluh tahun tersebut tanpa di sertai dengan surat-surat / illegal. Ratusan Juta rupiah berhasil ia kumpulkan,” sik penak mas golek duwit wektu kuwi “ ( masih mudah mencari uang waktu itu ).dan ahirnya mulai berkenalan dengan narkoba jenis ekstasi. Berbekal uang ratusan juta ia terus bergelut dengan narkoba. Ketika ditanya, apa yang dikonsumsi waktu itu, Rini menjelaskan, hamper setiap jenis narkoba pernah ia rasakan, akan tetapi yang paling sering adalah jenis ekstasi dan Putaw. Hampir setiap hari dia mengkonsumsi narkoba tersebut hingga menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Malang pun tak dapat ditolak hingga ahirnya ia harus pulang lagi ke Indonesia. Sepulang dari hongkong, ia masih membawa sisa uang dari sana, dan bergelut lagi dengan shabu, karena untuk putaw sulit didapat di daerah Blitar.
Dia terus dan terus mengkonsumsi shabu hingga menghabiskan sisa tabungan yang ia miliki. Ketika ditanya sampai berapa duwit yang di habiskan, Rini menjawab pada kisaran 500 juta kala itu. Menyesal memang tidak berada di depan melainkan di belakang. Ahirnya aku sudah habis-habisan, dan saat itu juga aku harus berhenti untuk menggunakan narkoba. Dia juga berpesan jangan sekali-kali menyentuh barang haram tersebut , karena yang terjadi hanyalah sebuah penyesalan. Dan perlu di ketahui juga bahwa narkoba ini tidak bisa sembuh akan tetapi bisa pulih dan itu sangat tergantung dengan pribadi masing-masing. Sampai saat ini pun ketika bercerita dan mendengar Putaw saya masih terus ingat dan keluar keringat dingin. Dan harapan yang muncul terahir kalinya adalah pihak pemerintah agar betul melakukan perlawanan terhadap penylahgunaan narkoba, jangan sampai dibiarkan menggerogoti anak banga kita tercinta. Kita juga mengharapkan pihak pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan pembinaa atlet sekaligus ada penghargaan yang lebih layak terhadap atlit berprestasi yang mengharumkan nama bangsa,pungkasnya. (KH)
Semenjak itu Rini sering mengikuti berbagai event dengan membawa bendera Negara tercinta. Higga suatu ketika ada tawaran untuk menjadi Guru Olahraga, sebagai wujud penghargaan atas prestasi yang pernah diraih selama ini. Akan tetapi tawaran tersebut ditolak, dengan dasar “ aku pingin seneng-seneng disik “ ( aku igin bersenang-senang dulu,red. ) Hingga memutuskan diri untuk berangkat ke luar negeri menjadi TKW ( tenaga kerja wanita ) di Hongkong, yang tentu melupakan prestasinya yang dia upayakan sejak kecil tersebut. Sesampai di Hongkong di bekerja serabutan salah satunya adalah Jasa pertukaran rupiah dan agen TKI di sana.Tanpa terasa profesi tersebut ia jalani selama sepuluh tahun. Dan parahnya lagi, selama sepuluh tahun tersebut tanpa di sertai dengan surat-surat / illegal. Ratusan Juta rupiah berhasil ia kumpulkan,” sik penak mas golek duwit wektu kuwi “ ( masih mudah mencari uang waktu itu ).dan ahirnya mulai berkenalan dengan narkoba jenis ekstasi. Berbekal uang ratusan juta ia terus bergelut dengan narkoba. Ketika ditanya, apa yang dikonsumsi waktu itu, Rini menjelaskan, hamper setiap jenis narkoba pernah ia rasakan, akan tetapi yang paling sering adalah jenis ekstasi dan Putaw. Hampir setiap hari dia mengkonsumsi narkoba tersebut hingga menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Malang pun tak dapat ditolak hingga ahirnya ia harus pulang lagi ke Indonesia. Sepulang dari hongkong, ia masih membawa sisa uang dari sana, dan bergelut lagi dengan shabu, karena untuk putaw sulit didapat di daerah Blitar.
Dia terus dan terus mengkonsumsi shabu hingga menghabiskan sisa tabungan yang ia miliki. Ketika ditanya sampai berapa duwit yang di habiskan, Rini menjawab pada kisaran 500 juta kala itu. Menyesal memang tidak berada di depan melainkan di belakang. Ahirnya aku sudah habis-habisan, dan saat itu juga aku harus berhenti untuk menggunakan narkoba. Dia juga berpesan jangan sekali-kali menyentuh barang haram tersebut , karena yang terjadi hanyalah sebuah penyesalan. Dan perlu di ketahui juga bahwa narkoba ini tidak bisa sembuh akan tetapi bisa pulih dan itu sangat tergantung dengan pribadi masing-masing. Sampai saat ini pun ketika bercerita dan mendengar Putaw saya masih terus ingat dan keluar keringat dingin. Dan harapan yang muncul terahir kalinya adalah pihak pemerintah agar betul melakukan perlawanan terhadap penylahgunaan narkoba, jangan sampai dibiarkan menggerogoti anak banga kita tercinta. Kita juga mengharapkan pihak pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan pembinaa atlet sekaligus ada penghargaan yang lebih layak terhadap atlit berprestasi yang mengharumkan nama bangsa,pungkasnya. (KH)
0 komentar: